Jumat, 19 Mei 2017

Sudut Pandang Artikulasi 2 - Bidang Permainan

Setelah di 2 artikel sebelumnya ngomongin soal tamu yang boleh langsung masuk lewat pintu belakang, sekarang sebelum membahas detil dari anggota gang FPM, akan dicoba menampilkan secara visual tentang anatomi dari ekuitas di neraca.



Mengapa harus pake visual? Alasan yang pertama, kognisi atau pemahaman mengenai satu konsep akan banyak terbantu dengan visual. Ingat kan kalau 1 gambar lebih bermakna daripada 1000 kata? Alasan kedua,
kalo ngomongin soal neraca gambar 100% mutlak membantu. Membicarakan dua sisi neraca ibarat melihat 2 sisi koin. Aliran dananya cuma satu, tapi dicatat menurut sumbernya (hutang atau ekuitas) dan wujudnya jadi apa (aktiva).



Nah jika kembali ke konsep artikulasi pendekatan Pendapatan-Beban di mana aturan main akuntansi pajak berada, maka sangat masuk akal jika seolah olah terdapat perbedaan alam antara apa-apa saja yang dilakukan Wajib Pajak dibandingkan orang-orang kantor pajak. WP menuangkan semua (jika jujur) semua sumberdaya dan hasil operasinya ke dalam Laporan Keuangan menurut aturan main pendekatan Aktiva-Hutang maupun konsep non-artikulasi, menyusun Rekonsiliasi Fiskal yang merupakan aturan main pendekatan Pendapatan-Beban untuk menghasilkan Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income; kalau belum direkonsiliasi namanya Laba Sebelum Pajak/ Pretax Income), menghitung pajaknya, terus menyetor pajak yang terhitung tadi, dan melaporkannya di SPT. Hasil2 inilah yang masuk ke dalam database kantor pajak.

Rekonsiliasi fiskal menghasilkan Beda Waktu maupun Beda Tetap. Ini pun masih harus dituangkan dalam format Koreksi Positif dan Negatif di SPT. Dua hal ini saja sudah menyulitkan. Beberapa kali terjadi WP tidak bisa menuangkan/ merekonsiliasi 2 bentuk format ini ke dalam semacam tabel. Jika penelitian atas ini dilanjutkan, tidak mustahil bisa mengindikasikan sesuatu.

Jika data yang ada di kantor pajak seolah-olah hanyalah berasal dari sub cabang pendekatan Pendapatan-Beban, adalah suatu keniscayaan jika semua bentuk analisa bersifat membandingkan/ mengekualisasi. Sebagai contoh, ekualisasi omzet di Lap RL vs Pajak Keluaran menurut SPT PPN, kredit pajak vs bukti potong dari lawan transaksi, PPh Pasal 22 Impor vs PPN Impor, dsb. Yang lebih ekstrim lagi, jika WP sudah menyatakan diri tidak beroperasi sehingga Lap RL nya hanya berisi setrip semua, apa ya terus dilewati begitu saja?

Jika kita lihat gambar neraca di atas, maka nampak jelas bahwa masih ada peluang untuk mencari potensi. Potensi apa? Ya tentu saja potensi pajak. Salah satunya dari Dividen. Pada dasarnya untuk menikmati uang perusahaan, harus dikeluarkan entah dalam bentuk biaya atau dividen. Kalau biaya dan dividen terselubung sudah pasti lewat Lap RL, maka dividen dan dividen tersamar akan bisa dijumpai di neraca.

Dari area yang diwarnai dari gambar di atas, itulah area bermain aktivitas penggalian potensi ini. Luas kan lahannya? Di artikel terpisah, akan bisa ditemui beberapa contoh penerapan konsep ini. Dan perhatikan, lahan potensi seluas itu belum mencakup pos2 OCI!!!



Tidak ada komentar:

BigPict2 - Penyempitan Makna dlm Tugas yg Diemban Seksi Waskon

Waskon potensi tugasnya ya menggali potensi. Per definisi Current & Existing Risk, aktivitas ini dilakukan secara menyeluruh terhadap s...